Jumat, 04 Juni 2010

DULANG*

Dulu, waktu adikku yang bontot masih SMA, ada satu hal yang mengusik hatiku. Mamah selalu menyuapi Ade kalo dia gak doyan makan. Waktu itu aku sempat protes, “Mah, Ade dah gede kok masih disuapin? Kapan dewasannya kalo masih diperlakukan seperti anak kecil” Jawaban yang kudapat hanya senyum kecil dari Mamah .Aku hanya bisa menebak-nebak arti dari senyumnya... Itu terjadi sekitar 9 tahun yang lalu.

Saat ini, aku baru tersadar dan mendapatkan jawaban dari pertanyaanku selama ini. Sejak empat bulan yang lalu ada kebiasaan baru yang Mamah lakukan. Sama persis seperti caranya terhadap Ade, menyuapi aku sarapan pagi.

Karena jam kerjaku berbeda dari teman2 lainnya, aku harus bangun lebih awal dari mereka. Jam 4.20 a.m harus sudah bangun dan siap2 ke kantor. Waktu yg kupunya pun sangat singkat, tak jarang aku abaikan sarapan pagiku yang mengakibatkan penyakit maagku sering kumat. Ternyata kebiasaan jelekku ini diamati Mamah.

Tadinya ku kerjakan semuanya sendiri di pagi hari, mulai dari masak air,menyiapkan teh tuk Bapak dan Mamah, sampai keperluan pribadiku. Biasanya Mamah bangun setelah jam 5 tapi sejak empat bulan belakangan ini, semuanya berubah. Mamah bangun lebih pagi dari aku. Saat aku bangun, yang berhubungan dengan sarapan pagi sudah tersedia. Secangkir teh manis dan lauk pauk tuk teman sarapan. Awalnya aku kaget dengan perlakuannya yang menurutku berlebihan. Tapi mulut seperti terkunci rapat. Hingga akhirnya aku beranikan diri tuk bertanya saat Mamah mulai menyuapiku. “Mah, gak usah disuapin. Dini bisa sendiri kok” tapi jawabannya “Gak apa-apa. Sekalian, kamu dandan sambil sarapan. Kalo gak begini kamu bisa-bisa gak sarapan. Malah nanti sakit.”

Aaahhhhh.... ini bukan jawaban yang aku mau. Pasti ada hal lainnya. Ku pancing lagi dengan pertanyaan lain. “Mah, kenapa udah setua ini baru dini disuapin lagi?” jawabannya membuat air mataku menggenang dan dada sedikit sesak. “Karena saat ini Mamah merasa kamu perlu banyak doa dan perhatian dari Mamah” Semakin aku penasaran, semakin banyak pertanyaan yg meluncur dari mulutku “Maksudnya Mah?” dan Mamah pun menjawab “Setiap suapan ini terselip doa untuk kamu.” Agak kaget juga mendengarnya karena setahuku Mamah kalo berdoa setelah sholat sudah cukup lama, apa masih kurang? ada nada protes di pertanyaanku berikutnya “Tapi kenapa Mamah gak begitu ke yang lainnya?” Jawabannya membuat aku terpaku beberapa detik. “Seorang ibu akan tahu kebutuhan setiap anak karena kalian pernah ada di bawah jantung Mamah. Kapan kalian butuh perhatian lebih, kapan kalian butuh suapan ini, kapan kalian butuh belaian tangan Mamah dikepala kalian, kapan kalian butuh tempat untuk bersandar dibahu Mamah disaat kalian gelisah, kapan kalian butuh pelukan hangat dari Mamah, kapan kalian butuh tempat tuk mengeluarkan unek2 kalian dan lain2nya”
Percakapan singkat di pagi itu pun terputus karena semuanya sudah terjawab.

Sepanjang perjalanan ke kantor pagi itu,aku terus berpikir. Ternyata Mamah tahu saat ini aku memang sangat membutuhkannya lebih dari biasanya setelah beberapa peristiwa yg harus aku hadapi belakangan ini. Mulutku tidak pernah meminta,tapi hati kami saling berhubungan karena ikatan bathin antara anak dan ibu itu sangat kuat.

Mamah mungkin bukan sosok ibu yang sempurna di mata orang lain, tapi bagiku dilahirkan dari rahimnya merupakan anugrah terindah yang pertama kali aku dapat dari Allah SWT.

Teringat kalimat2 yang berulang kali dan tak bosan-bosannya Mamah ucapkan. “Sampai kapanpun, sehebat apapun kalian kelak, kalian tetap anak2 Mamah dan Bapak. Mulut kalian tidak bisa lebih dari kami. Susah senang kalian juga susah senangnya kami. Kami tidak menuntut apapun dari kalian kecuali tetap menjaga cinta kasih diantara kalian dan pasangan hidup kalian kelak. Selesaikan masalah diantara kalian dengan kepala dingin hingga tidak ada lagi ganjalan di hati yang bisa menjadi bom waktu suatu hari nanti. Semua anak2 Mamah dan Bapak punya hak yang sama. Kalian diberi kebebasan tuk mengeluarkan pendapat tapi dengan cara yang baik dan waktu yang tepat. Tahukah kalian yang bisa membuat kami bangga dan bahagia sebagai orang tua? Bukan karena kekayaan,kehebatan ataupun keberhasilan kalian tapi dengan melihat kalian rukun,saling mencintai, tolong-menolong,berbagi, menghargai, menerima dan mengerti kekurangan masing-masing.”

Pheeeewwwww..... berat Mah, tapi Insya Allah kami bisa melaksanakannya karena bibit cinta yang sudah Mamah dan Bapak tanam dan pupuk sudah tumbuh dengan baik di hati kami.


Poncol, 27 March 2010

*dulang berasal dari bahasa Jawa Tengah yang artinya suap*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar